Tomoki Iwata: Gelandang Bertahan Anti Ribet yang Bikin Tim Tenang Tapi Lawan Gusar

Di sepak bola modern, gak semua pemain harus viral buat penting. Kadang, pemain terbaik justru mereka yang kerjanya bersih, gak banyak gaya, tapi setiap pelatihnya tahu: “Kalau dia gak main, tim jadi goyah.” Nah, itu dia Tomoki Iwata.

Lo mungkin gak sering lihat dia selebrasi lebay atau trending di Twitter. Tapi di lapangan? Dia kayak sistem pendingin server: diam, tapi vital. Dia bukan gelandang flamboyan. Tapi kalau lo butuh stabilitas, ketenangan, dan pembaca permainan yang kalem tapi efektif—Tomoki Iwata jawabannya.


Awal Karier: Lahir di Oita, Tumbuh sebagai Gelandang Tak Tergantikan

Tomoki Iwata lahir 7 April 1997 di Prefektur Oita, Jepang. Sejak kecil, dia udah main di akademi lokal dan kemudian masuk ke Oita Trinita, klub kampung halamannya.

Beda dari anak muda Jepang lain yang pengen main ofensif, Iwata sejak awal justru fokus di area bertahan. Dia bukan sekadar ball-winner—dia paham kapan harus intercept, kapan harus tahan tempo, dan kapan dorong bola ke depan.

Di Oita Trinita, dia naik kelas dari pemain akademi ke tim utama dan jadi starter reguler di usia muda. Dia bantu klub promosi ke J1 League, dan dari situ namanya mulai naik.


Vissel Kobe dan Marinos: Ditempa oleh Sistem dan Tekanan

Setelah tampil konsisten, Iwata sempat berseragam Vissel Kobe sebelum akhirnya pindah ke Yokohama F. Marinos pada 2021. Dan di Marinos, dia benar-benar naik level.

Bersama pelatih Kevin Muscat, Iwata berkembang jadi gelandang bertahan komplet:

  • Bisa jadi anchor di tengah
  • Bisa turun jadi bek tengah tambahan
  • Bahkan kadang bantu serangan sebagai deep-lying playmaker

Musim 2022 jadi musim emasnya. Dia bantu Marinos juara J1 League, dan performanya yang konsisten bikin dia diganjar:

J.League MVP 2022

Yep. Gelandang bertahan jadi MVP liga. Itu jarang banget.


Celtic FC: Bersatu Kembali dengan Ange Postecoglou

Karena performa monster-nya di J.League, Ange Postecoglou—mantan pelatih Marinos yang sukses bareng Celtic—langsung minta dia dibawa ke Skotlandia pada Januari 2023.

Bersama Celtic:

  • Iwata gabung bareng rekan-rekan senegaranya: Maeda, Hatate, Kyogo
  • Dikenal sebagai pemain yang langsung adaptasi
  • Meski gak selalu starter, tiap kali main, defensif Celtic lebih tenang

Dia jadi pilihan utama di posisi gelandang bertahan saat Callum McGregor atau O’Riley butuh rotasi. Kadang bahkan main sebagai bek tengah dalam formasi 3-back.

Di sistem intens dan cepat ala Ange, Iwata bukan cuma bertahan, tapi juga jadi pengatur build-up dari belakang.


Gaya Main: Anti Show-Off, Pro Efisiensi

Ciri khas Tomoki Iwata:

  • Positioning top-tier
  • Gak banyak tekel brutal, tapi sering intercept bola dengan insting tajam
  • Passing pendek cepat dan akurat
  • Gak neko-neko—langsung kirim bola ke titik aman atau serang
  • Disiplin, nyaris gak pernah out of shape

Dia bukan gelandang “YouTube highlight.” Tapi kalau lo suka nonton full match dan ngelihat struktur tim, dia adalah penyeimbang. Kayak Casemiro versi zen—gak emosian, tapi siap ngeblok apa aja.

Dan satu hal yang bikin dia spesial? Konsistensi. Lo bisa tebak apa yang dia lakuin, dan itu bagus buat tim.


Di Timnas Jepang: Masih Cadangan, Tapi Pelan-pelan Dilirik

Dengan lini tengah Jepang penuh nama besar kayak:

  • Wataru Endo
  • Hidemasa Morita
  • Ao Tanaka
  • Reo Hatate

…Iwata memang belum langganan starter. Tapi dia udah mulai dipanggil rutin, apalagi pas main di klub Eropa.

Pelatih Hajime Moriyasu suka pemain yang disiplin dan tenang—dan itu adalah deskripsi Iwata banget. Kalau Jepang butuh nahan skor, atau lawan tim besar yang banyak nyerang, Iwata sering dijadikan kartu taktis.


Karakter di Luar Lapangan: Tenang, Fokus, dan Low Profile

Iwata bukan tipe pemain yang cari panggung. Gak sering muncul di media sosial, gak banyak ngomong di wawancara. Tapi pelatih dan rekan setim selalu bilang:

“Dia pendiam, tapi profesional. Latihan 100%, istirahat cukup, dan paham perannya.”

Lo gak bakal lihat dia selebrasi heboh. Tapi pas pelatih kasih instruksi, dia salah satu yang paling nurut dan paham taktik. Dan itu bikin dia cocok banget buat tim yang butuh kestabilan.


Kekurangan? Masih Ada, Tapi Minor

Buat fair, meski jago bertahan, Iwata:

  • Belum terlalu aktif dalam distribusi jarak jauh
  • Kadang terlalu safe—kurang inisiatif dorong bola ke depan
  • Gak punya kreativitas final third macam gelandang box-to-box

Tapi balik lagi, itu bukan tugas dia. Iwata tahu batasnya dan gak maksa jadi pemain yang bukan dirinya. Dan itu justru bikin pelatih tenang: dia bukan gelandang yang pengen “jadi bintang,” tapi pengen timnya jalan.


Apa Selanjutnya? Liga Lebih Besar?

Kalau dia terus tampil konsisten di Celtic, bukan mustahil Iwata pindah ke liga top Eropa.

Beberapa klub Bundesliga dan Ligue 1 sempat dikaitkan, tapi belum ada yang konkret. Kalau pun dia stay di Celtic, dia bisa jadi figur kunci di musim-musim berikutnya, apalagi saat tim tampil di Eropa.

Dan kalau Jepang mau serius di Piala Asia atau Piala Dunia, Iwata bisa jadi opsi ‘pengunci lini tengah’ saat lawan-lawan berat.


Penutup: Tomoki Iwata – Sang Gelandang Senyap yang Diam-diam Penting

Tomoki Iwata bukan headline player. Tapi dia adalah bagian paling stabil dari sistem. Di saat pemain lain nyari highlight, dia nyari posisi. Di saat orang fokus ke assist dan gol, dia fokus nutup ruang dan jaga keseimbangan.

Dia adalah bukti bahwa kerja keras, kecerdasan taktik, dan kesabaran masih relevan dan dibutuhkan di sepak bola modern.

Dan untuk klub manapun, pemain kayak Tomoki Iwata adalah harta karun. Bukan karena dia paling bersinar, tapi karena dia bikin yang lain bisa bersinar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *